Hari ini aku ingin menuliskan tentang hati (a.k.a heart). Hati yang penulis maksud disini bukanlah hati temannya jantung atau tetangganya lambung. Namun ia adalah segumpal ia adalah sebuah kata yang selalu diarahkan pada rasa yang muncul dalam merespon setiap perubahan keadaan. Berbicara masalah hati ini seperti tak pernah ada habisnya. Selalu ada ‘korban’ yang berjatuhan karenanya, namun tak jarang pula ada kebahagiaan dengan kehadirannya.
Penulis sendiri bukanlah orang yang ahli dalam memahami permasalahan hati ini. Namun yang penulis tahu, setiap respon atau rasa yang dikeluarkan hati ini sangat memiliki pengaruh besar pada seseorang, baik sikapnya, prestasinya, pergaulannya, hari-harinya hingga seluruh hidupnya. Kelihaian seseorang dalam merespon setiap efek yang dikeluarkan dari hatinya adalah sebuah prestasi yang patut diacungi jempol, karena terkadang tak sedikit orang yang salah menyikapi hatinya ini hingga harus ada hati-hati lain yang tersakiti tanpa disadarinya.

Ketika seseorang menyenangi suatu hal maka hati akan meresponnya dengan memberikan sinyal-sinyal positif terhadap hal tersebut. Orang ini akan senantiasa melakukan yang terbaik pada hal-hal yang disayanginya itu. Namun sebaliknya, ketika seseorang tidak menyukai sesuatu bahkan membencinya, maka sikap pun sering menuruti kata hati ini, ia akan menjadi orang yang paling menyebalkan.
Kemampuan menata hati dan manajemen hati nampaknya masih merupakan suatu perkara yang sulit. Dari berbagai cerita yang penulis dengar dari teman maupun lingkungan sekitar, maka kemampuan menata hati atau menata hati ini merupakan akumulasi dari pengalaman masa lalu serta kepahaman agama yang dimiliki seseorang. Seseorang yang memiliki hati yang begitu kuat dalam artian mampu mengendalikan segala emosi yang dikeluarkan hati sehingga sikap yang muncul adalah sikap yang selalu tepat dan seharusnya, sikap aware, care, full of love, dan sikap positif lainnya, maka ini adalah bentuk dari ketinggian ilmunya. Namun ketika yang timbul adalah sikap sebaliknya, seperti emosian (red: sulit mengendalikan emosi), selalu salah ambil sikap, dan sikap negatif lainnya maka yang perlu dipertanyakan adalah bagaimanakah masa lalunya, dan sejauh manakah ilmunya. Ketika hati mulai galau, bete, sedih, berduka, kembali lah pada sang pemilik hati.
Karena “Hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenang.” (QS. Ar Ra’d : 28)
Ketika memulai menulis tulisan ini sebenarnya penulis juga sedang mengoreksi diri sendiri, mengingatkan diri sendiri, dan terus menerus evaluasi diri, karena pada hakikatnya hati adalah cerminan dari diri manusia. Dari hatilah lahir sikap-sikap yang mendominasi perilaku manusia. Hati adalah sumber kebenaran yang bijak karena pada dasarnya hati tidak pernah berbohong. Mendengarkan kata hati terkadang membuat kita dapat bersikkap lebih bijak. Dari hati-hati yang bersih akan melahirkan sikap-sikap yang baik. Hati-hati yang hidup akan menghidupkan hati-hati lain. Maka kemampuan manajemen hati yang baik, keahlian menata hati adalah suatu kemampuan lura biasa yang harus dimiliki setiap manusia agar tetap bisa bergaul dengan manusia lainnya dan menikmati hidup agar lebih hidup untuk Yang Maha Hidup.
Yuk jaga hati agar ia tak tersakiti.
Wallahu’alam
www.nmclothing.co.id
Anda membutuhkan kaos family gathering? hubungi kami disini
#hanya berbagi
10.39
Unknown
Posted in:


0 komentar:
Posting Komentar